Sunday, February 14, 2010

Preparing for Death


"Suppose you learn today that you have only one more day to live; you'll die tomorrow. How will you spend your last day?"

This interview question was posed long before the age of mass media. The interviewer approached prominent scholars and people known for their virtuous lives with the idea that he would compile their answers in a book. Such a book would provide the readers with inspiration for the most important virtues.

But the most inspiring response came from the person who did not provide a wish list of virtuous deeds. He was the great muhaddith Abdur Rahman ibn abi Na'um and he replied: "There is nothing that I could change in my daily schedule learning that it is my last day. I already spend everyday in my life as if it is going to be my last."

Death is the most certain aspect of life. According to the latest statistics, 6178 people die in the world every hour. These are people of all ages, dying of all causes. Some of these deaths will make headlines. The great majority will die quietly. Yet everyone will enter his grave the same way. Alone. At the time appointed by God. Science and technology can neither prevent nor predict death. It is solely in the hands of the Creator.

"O mankind! If you are in doubt concerning the Resurrection, then lo! We have created you from dust, then from a drop of seed, then from a clot, then from a little lump of flesh shapely and shapeless, that We may make it clear for you. And We cause what We will to remain in the wombs for an appointed time, and afterward We bring you forth as infants, then give you growth that you attain full strength. And among you there is he who dies young, and among you there is he who is brought back to the most abject time of life, so that after knowledge he knows naught!"[Al-Haj 22:5]
We see it happening all the time. Yet it is amazing how we feel that it won't happen to us. At least not anytime soon. We bury our own friends and relatives but think that we'll live forever. Our attitudes about death defy all logic. In a way we recognize it and even plan for it. We take out life insurance policies. We may do estate planning. Businesses and governments have contingency plans to carry out their operations in case of sudden loss of their leaders. But this is recognition of death as an end point of this life. Where we fail is in recognizing it as the beginning of another life that will never end and where we'll reap what we sow here.

A central teaching of Islam is that it is our recognition of and preparation for that eternity that must separate those who are smart from those who are not. As the Prophet, Sall-Allahu alayhi wa sallam said: "Truly smart is the person who controlled his desires and prepared for life after death."

There is a moving story about Bahlool, who, in his innocence seems to be on the opposite end of the scale of worldly-smartness. Khalifa Haroon ur Rashid had given him access to his court probably because his naiveté was a source of entertainment to him. Once the Khalifa gave him a walking stick saying, "It is meant for the most foolish person in the world. If you find a person more deserving of it than yourself, pass it on." Several years later Haroon ur Rashid fell seriously ill and no medical treatment seemed to work. Bahlool visited him and inquired about his condition. The conversation went something like this:

Haroon: "No treatment is working. I see my final journey ahead of me."
Bahlool: "Where are you going?"
Haroon: "I am going to the Other World."
Bahlool: "How long will you stay there? When will you come back?"
Haroon: "No one ever comes back from that world."
Bahlool: "Then you must have made especial preparations for this journey. Did you send an advance group to take care of you once you arrive?
Haroon: "Bahlool, you have to go there alone. And no I did not make any preparations."
Bahlool: "Ameer-ul-Momineen! You used to send troops to make extensive preparations for you for even short trips of only a few days. Now you are going to a place where you'll live forever but you have made no preparations! I think I have found the person more deserving of the stick that you had given me some years ago."

This story speaks to all of us. We may not be kings but we do plan our trips of even a few days very carefully. How about preparing for the journey into eternity? How about making the concern for the Hereafter the cornerstone of our lives here?

Actually, that concern can change our lives here as well. This world is an abode of deception. Here we are not punished the moment we commit a sin. This fools us into thinking that we can get away with it. Remembering death is the antidote for that deception. A person who remembers that he will have to stand before his Creator and be accountable for his actions simply cannot defy God!

In the story of Pharaoh, we learn that when he saw death approaching he declared belief in the God of Moses. Before that he had been fooled by his apparent power. His repentance came too late but it did show how his arrogance and intransigence evaporated when faced with the certainty of death.

Insaf..


FIRMAN Allah yang bermaksud: “Sesungguhnya penerimaan taubat itu disanggup oleh Allah hanya bagi orang yang melakukan kejahatan disebabkan kejahilan, kemudian mereka segera bertaubat, maka dengan adanya dua sebab itu mereka diterima Allah taubatnya; dan ingatlah Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana. Dan tidak ada gunanya taubat itu kepada orang yang selalu melakukan kejahatan, hingga apabila salah seorang daripada mereka hampir mati, berkatalah ia: Sesungguhnya aku bertaubat sekarang ini, sedang taubatnya itu sudah terlambat, dan demikian juga halnya orang yang mati sedang mereka tetap kafir. Orang yang demikian, Kami sediakan bagi mereka azab seksa yang tidak terperi sakitnya.” (Surah al-Nisa’, ayat 17-18)

Tuntutan Agama

Taubat adalah tuntutan agama dan ulama mengatakan, bertaubat wajib bagi setiap orang Islam. Banyak ayat mengenai taubat dalam al-Quran sama ada diturunkan di Makkah atau Madinah

Surah al-Nisa’ ini adalah seruan kepada taubat. Ayat pertama menyebutkan orang yang melakukan dosa lalu ia bertaubat, maka Allah akan mengampunkannya. Allah juga menyeru segera melakukan taubat dan jangan hampir saat kematian baru hendak bertaubat.

Ketika itu, permohonan taubatnya tidak lagi diterima. Mufasirin berbeza pandangan dalam penerimaan taubat seorang hamba. Sebahagian mengatakan wajib bagi Allah menerima taubat seorang hamba.

Pandangan ahli sunnah mengatakan, apabila seseorang hamba itu bertaubat maka Allah berhak untuk menerima atau menolaknya dan tidak wajib bagi Allah menerima taubat seseorang. Namun, Allah berjanji akan menerima taubat hamba-Nya.

Allah berfirman yang bermaksud: “Dan Dialah Tuhan yang menerima taubat hamba-Nya yang bertaubat serta memaafkan kejahatan mereka lakukan; dan Ia mengetahui akan apa yang kamu semua kerjakan.” (Surah al-syura, ayat 25)

Taubat sebenarnya

Mufasirin menyebutkan Allah berjanji akan mengampunkan orang yang bertaubat dengan syarat ia mencukupi empat perkara, iaitu insaf dengan hati, meninggalkan perbuatan maksiat, berazam tidak mengulang perbuatan itu dan dilakukan dengan penuh keredaan kepada Allah.

Pentafsir juga berbeza pandangan dalam menafsirkan ‘melakukan kejahatan dengan kejahilan.’ Pendapat pertama mengatakan setiap maksiat itu adalah kejahilan meliputi segala bentuk kekufuran dan maksiat.

Mengikut Qatadah, setiap perbuatan maksiat adalah kejahilan. Firman Allah yang bermaksud: “Dan ingatlah ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh supaya kamu menyembelih seekor lembu betina. Mereka berkata: Adakah engkau hendak menjadikan kami ini permainan? Nabi Musa menjawab: Aku berlindung kepada Allah daripada menjadi salah seorang dari golongan yang jahil iaitu yang melakukan sesuatu yang tidak patut dan kejahatan.” (Surah al-Baqarah, ayat 67)

Pendapat kedua, seseorang melakukan maksiat dan mengetahui perkara itu adalah maksiat tetapi ia tidak mengetahui kadar hukuman maksiat berkenaan. Pendapat ketiga, seseorang yang melakukan maksiat dengan ia tidak mengetahui perkara itu adalah maksiat.

Taubat Ketika Hampir Mati

Ayat ini juga mengatakan bertaubat ketika hampir mati, tiada faedah dan sudah terlambat. Allah tidak menerima taubat sedemikian seperti Firaun yang tenggelam ketika mengejar Nabi Musa ingin bertaubat pada saat kematiannya.

Daripada Ibn Umar bahawa Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Allah akan menerima taubat seseorang hambanya selagi nyawanya tidak di halkum.” (Hadis riwayat al-Turmizi, hadis Hasan Gharib).

Menurut al-Syarawi, Allah akan menerima taubat seseorang selagi nyawanya tidak di halkum dan menjadi kewajipan seorang Muslim supaya segera bertaubat.

Allah juga menyebutkan orang Islam yang tidak sempat bertaubat akan menerima azab pedih berbeza dengan kematian bagi orang kafir yang akan menerima seksaan buat selama-lamanya. Orang Islam melakukan maksiat tanpa bertaubat akan menerima azab setimpal perbuatannya.

Menurut Sayyid Qutb, taubat selayaknya bagi Allah menerimanya adalah taubat yang lahir dari hati penuh keinsafan seolah-olah ia baru lahir semula dan menjadi insan yang lain.

Allah menyeru setiap Muslim segera bertaubat dengan firman yang bermaksud: “Wahai orang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, pada hari Allah tidak akan menghinakan Nabi dan orang beriman bersama-sama dengannya.” (Surah al-Tahrim, ayat 8)

Ayat ini menjelaskan Allah sentiasa menyeru orang mukmin bertaubat dan perintah Allah dalam al-Quran menunjukkan wajib. Matlamat taubat adalah supaya diampunkan segala dosa terdahulu dan akhirnya dimasukkan ke dalam syurga.

Sunday, January 31, 2010

Sabar

Beberapa kali sudah kita berkata pada diri..sabar..sabar..namun apakah daya, setiap yang berlaku menyebabkan kita tidak dapat bersabar, atau sukar buat kita untuk bersabar..

…Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d [13]:23-24)

Sabar termasuk akhlak yang paling utama yang banyak mendapat perhatian Al-Qur’an dalam surat-suratnya. Imam al-Ghazali berkata, “Allah swt menyebutkan sabar di dalam al-Qur’an lebih dari 70 tempat.”
Ibnul Qoyyim mengutip perkataan Imam Ahmad: “Sabar di dalam al-Qur’an terdapat di sekitar 90 tempat.”
Abu Thalib al-Makky mengutip sebagian perkataan sebagian ulama: “Adakah yang lebih utama daripada sabar, Allah telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya lebih dari 90 tempat. Kami tidak mengetahui sesuatu yang disebutkan Allah sebanyak ini kecuali sabar.”


Sabar menurut bahasa berarti menahan dan mengekang. Di antaranya disebutkan pada QS.Al-Kahfi [18]: 28 “Dan tahanlah dirimu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap keridhaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka.”
Kebalikan sabar adalah jaza’u (sedih dan keluh kesah), sebagaimana di dalam firman Allah QS. Ibrahim [14]: 21, “…sama saja bagi kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.”
Macam-macam Sabar Dalam al-Qur’an . Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami oleh orang mengenai kata sabar. Imam al-Ghazali berkata, “Bahawa sabar itu ada dua; pertama bersifat badani (fisik), seperti menanggung beban dengan badan, berupa pukulan yang berat atau sakit yang kronis. Yang kedua adalah al-shabru al-Nafsi (kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntutan hawa nafsu. Bentuk kesabaran ini (non fisik) beraneka macam;
Jika berbentuk sabar (menahan) dari syahwat perut dan kemaluan disebut iffah
Jika di dalam musibah, secara singkat disebut sabar, kebalikannya adalah keluh kesah.
Jika sabar di dalam kondisi serba berkucukupan disebut mengendalikan nafsu, kebalikannya adalah kondisi yang disebut sombong (al-bathr)
Jika sabar di dalam peperangan dan pertempuran disebut syaja’ah (berani), kebalikannya adalah al-jubnu (pengecut)
Jika sabar di dalam mengekang kemarahan disebut lemah lembut (al-hilmu), kebalikannya adalah tadzammur (emosional)
Jika sabar dalam menyimpan perkataan disebut katum (penyimpan rahasia)
Jika sabar dari kelebihan disebut zuhud, kebalikannya adalah al-hirshu (serakah)
Kebanyakan akhlak keimanan masuk ke dalam sabar, ketika pada suatu hari Rasulullah saw ditanya tentang iman, beliau menjawab: Iman aadalah sabar. Sebab kesabaran merupakan pelaksanaan keimanan yang paling banyak dan paling penting. “Dan orang-orang yang sabar dalam musibah, penderitaan dan dalam peperangan mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2]: 177)
Dari itu kita dapat memahami mengapa al-Qur’an menjadikan masalah sabar sebagai kebahagiaan di akhirat, tiket masuk ke surga dan sarana untuk mendapatkan sambutan para malaikat. Dalam surat Al-Insan [72]: 12 “Dan Dia memberi balasan kepada mereka atas kesabaran mereka dengan surga dan (pakaian) sutera”. Dalam surat Ar-Ra’d [13]:23-24 “…Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.”

Sabar, Suatu Kekhasan Manusia
Sabar adalah kekhasan manusia, sesuatu yang tidak terdapat di dalam binatang sebagai faktor kekurangannya, dan di dalam malaikat sebagai faktor kesempurnaannya.
Binatang telah dikuasai penuh oleh syahwat. Karena itu, satu-satunya pembangkit gerak dan diamnya hanyalah syahwat. Juga tidak memiliki “kekuatan” untuk melawan syahwat dan menolak tuntutannya, sehingga kekuatan menolak tersebut bisa disebut sabar.
Sebaliknya, malaikat dibersihkan dari syahwat sehingga selalu cenderung kepada kesucian ilahi dan mendekat kepada-Nya. Karena itu tidak memerlukan “kekuatan” yang berfungsi melawan setiap kecenderungan kepada arah yang tidak sesuai dengan kesucian tersebut.
Tetapi manusia adalah makhluk yang dicipta dalam suatu proses perkembangan; merupakan makhluk yang berakal, mukallaf (dibebani) dan diberi cobaan, maka sabar adalah “kekuatan” yang diperlukan untuk melawan “kekuatan” yang lainnya. Sehingga terjadilah “pertempuran” antara yang baik dengan yang buruk. Yang baik dapat juga disebut dorongan keagamaan dan yang buruk disebut dorongan syahwat.

Pentingnya Kesabaran
Agama tidak akan tegak, dan dunia tidak akan bangkit kecuali dengan sabar. Sabar adalah kebutuhan duniawi keagamaan. Tidak akan tercapai kemenangan di dunia dan kebahagaiaan di akhirat kecuali dengan sabar.
Al-Qur’an telah mengisyaratkan pentingnya kesabaran ini. Ketika mengyinggung masalah penciptaan manusia dan cobaan penderitaan yang akan dihadapinya. Dalam surat Al-Insaan [76]: 2 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang tercampur yang Kami hendak mengujinya )dengan perintah dan larangan)”.

Pentingnya Kesabaran Bagi Orang Beriman.
Sudah menjadi sunnatulah bahwa kaum muslimin harus berhadapan dengan para musuhnya yang jahat yang membuat makar dan tipu daya. Seperti Allah menciptakan Iblis untuk Adam; Namrud untuk Ibrahim; Fir’aun untuk Musa dan Abu Jahal untuk Muhammad saw.
Dalam Surat al-Ankabut [29]]: 1-3 “Ali Laam Miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan; kami telah beriman, padahal mereka belum diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta

Apabila roh keluar dari jasad..

Ada satu riwayat drp Abi Qalabah mengenai mimpi beliau yang melihatkubur pecah. Lalu mayat-mayat itu keluar dari duduk di tepi kubur masing- masing. Bagaimanapun tidak seorang pun ada tanda-tanda memperolehi nur di muka mereka. Dalam mimpi itu, Abi Qalabah dapat melihat jirannya juga dalam keadaan yang sama. Lalu dia bertanya kepada mayat jirannya
mengenai ketiadaan nur itu. Maka mayat itu menjawab: "Sesungguhnya bagi mereka yang memperolehi nur adalah kerana petunjuk drpd anak-anak dan teman-teman. Sebaliknya aku mempunyai anak-anak yang tidak soleh dan tidak pernah mendoakan aku".

Setelah mendengar jawapan mayat itu, Abi Qalabah pun terjaga. Pada malam itu juga dia memanggil anak jirannya dan menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi mengenai bapa mereka. Mendengar keadaan itu, anak-anak jiran tu berjanji di hadapan Abi Qalabah akan mendoa dan bersedekah untuk bapanya. Seterusnya tidak lama selepas itu, Abi Qalabah sekali lagi bermimpi melihat jirannya. Bagaimanapun kali ini jirannya sudah ada nur dimukanya
dan kelihatan lebih terang daripada matahari.

Baginda Rasullullah S.A.W berkata: Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka
menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai kelutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik
rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar.Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu."

Monday, January 25, 2010

Signs of the Appearance of the Dajjal


A lengthy hadith narrated by Ibn Majah, Ibn Khuzaimah, and ad-Dhiyaa’, reports that the Prophet of Allah, sallallahu `alaihi wa sallam, said,

“There will be three hard years before the Dajjal (appears). During them, people will be stricken by a great famine. In the first year, Allah will command the sky to withhold a third of its rain, and the earth to withhold a third a third of its produce. In the second year, Allah will command the sky to withhold two thirds of its rain, and the earth to withhold two thirds of its produce. In the third year, Allah will command the sky to withhold all of its rain, and it will not rain a single drop of rain. He will command the earth to withhold all of its produce, and no plant will grow. All hoofed animals will perish, except that which Allah wills.” He (sallallahu `alaihi wa sallam) was asked, ‘What sustains people during that time?’ He said, “Tahlil, takbir and tahmid (Saying, la ilaha ill Allah, Allahu Akbar and al-hamdulillah). This will sustain them just as food does.” [Sahih Al-Jami` as-Saghir, no. 7875]

Abdullah bin Umar narrated that the Messenger of Allah sallallahu `alaihi wa sallam said,

“The fitnah of Al-Ahlas (continuous calamity) is mass desertion and war. Then, the fitnah of As-Sarraa [meaning ‘the rich’, when some reach people use their money to hire others to fight for them] will start from under the feet of a man who claims that he is of me (of my descendants). However, he is not of me, for my loyal friends are the ones who have taqwa. Afterwards, people will unite around a man whose reign is unstable. Then, the fitnah of Ad-Duhaymaa [it is called ‘dark and black fitnah’ because of its enormity] (will start) and will not leave any member of this nation without severely touching him. When it is thought that its time has come to an end, it will be lengthened. Meanwhile (during this fitnah), a man will wake up as a believer and will meet the night as a disbeliever, until people divide into two camps: A camp of belief that contains no hypocrisy, and a camp of hypocrisy that contains no belief. If this happens, then await the Dajjal on that day or the next.” [Ahmad, Abu Dawood and al-Hakim, Mishkatul-Masabih, vol. 4, no. 5403]

There are other signs to the imminent coming of the Dajjal. Mu`ath narrated that the Messenger of Allah, sallallahu `alaihi wa sallam, said,

“The flourishing of Jerusalem will mark the desertion of Yathrib (Madinah). The desertion of Yathrib will mark the start of Al-Malhamah [the great war that will start between ar-Rum and the Muslim forces before Muslims conquer Constantinople for the second time]. The start of Al-Malhamah will mark the conquering of Constantinople. The conquering of Constantionple will mark the appearance of Dajjal.” [Sahih Al-Jami` as-Saghir, no. 4096]

The flourishing of Jerusalem will happen by the hands of Muslims, by the will of Allah, after it will be retrieved from the Jews.

The Holy Land will be the seat of the Caliphate because the Messenger of Allah sallallahu `alaihi wa sallam said to Ibn Hawalah,

“O Ibn Hawalah! If you live to see the seat of the Caliphate of the Holy Land, then earthquakes, disasters and great calamities are imminent. Then, the Hour will be closer to people than this hand of mine to your head!” [Al-Hakim in Al-Mustadrak, vol. 4, p. 420, and he says, “Sahih”]

Then, Muslims will migrate to Ash-Sham to join the Jihad against the enemies of Allah from among the Jews and Christians. People of Madinah will desert it, not because they dislike it, but for the purpose of joining the Jihad for the sake of Allah. Then, it will be totally uninhibited, wild animals and beasts will roam through it, and it will stay deserted until the Hour begins.

Abu Hurairah narrated that the Messenger of Allah, sallallahu `alaihi wa sallam, said,

“Madinah will be deserted while in its prime! Then, it will be inhabited by birds and beasts.” [Al-Hakim in Al-Mustadrak, vol. 4, p. 436]

“They (Muslims) will leave Madinah while in its prime. Only wild beasts and birds will roam it. The last persons to be gathered (for the beginning of the Last Day) will be two shepherds from (the tribe) of Muzainah heading towards Madinah. They will be herding their sheep, and (when they reach it) they will find it deserted. When they reach Thaniyyat Al-Wadaa` they will collapse on their foreheads (because the Hour will have started then).” [Ahmad, Al-Bukhari and Muslim, As-Silsilah As-Sahihah, vol. 2, no. 683]

Also, Abdullah bin `Amr said, “There will be a time among people when every believer will migrate to Ash-Sham.” [Al-Hakim in al-Mustadrak, vol. 4, p. 457, and he says “Sahih according to the conditions of Bukhari and Muslim” Adh-Dhahabee agrees.]

The Destruction of Al-Masih Ad-Dajjal

As was narrated in the Hadith by An-Nawwas bin Sam`an, the Dajjal will be killed at the hand of Jesus son of Mary.

The Dajjal’s death will occur after the angels turn him towards Ash-Sham away from the outskirts of Madinah. He will perish in Ash-Sham near the eastern door of Lud in Palestine, may Allah return it to the Muslim.

Before we start mentioning the second coming of Jesus son of Mary, we will mention the story of Al-Mahdy, Muhammad bin Abdillah.

Al-Mahdi will appear just before the coming of Jesus, alaihis salam. He will lead the Muslim nation with justice and kindness and establish Allah’s rule. A righteous Caliphate will reappear after the earth has experienced its share of injustice and tyranny. Jesus son of Mary will pray behind him. Among Al-Mahdi’s characteristics is that he will spend money on his subjects without counting it, along with many of his other righteous deeds that were mentioned in several correct hadiths.
The following are signs of the forthcoming of Dajjal...

* People will stop offering the prayers
* Dishonesty will be the way of life
* Falsehood will become a virtue
* People will mortgage their faith for worldly gains
* Usury and bribery will become legitimate
* Imbeciles would rule over the wise
* innocents would be burned by smokeless fire
* Pride will be taken on acts of oppression
* The rulers will be corrupt
* The scholars will be hypocrites
* Adultery will be rampant
* Women will dress like men and men will dress like women
* The liars and treacherous will be respected
* There will be acute famine at the time

Sunday, January 24, 2010

wasiat ke-2 al-Banna


"Bacalah al-Quran, tatapilah buku-buku atau pergilah mendengar perkara-perkara yang baik atau amalkanlah zikrullah dan janganlah membuang masa walau sedikit pun dengan hal-hal yang tidak berfaedah." Wasiat kedua Imam Hasan al-Banna.

Program tarbiyyah kedua yang terjelma melalui wasiat Hasan al-Banna ialah perihal mempertingkat daya faham umat Islam melalui bacaan al-Quran, membaca buku-buku, mendengar ceramah agama, mengamalkan zikrullah.

Pendek kata, Imam Hasan al-Banna tidak mahu anggota ikhwan atau umat Islam itu akan terbuang waktunya walau sedikit pun dengan perkara-perkara yang tidak berfaedah.

Di dalam surah al-Asr, disebutkan mengenai kerugian yang dikaitkan dengan masa. Pada asalnya, semua manusia itu hidup sentiasa dalam kerugian.

[1] Demi Masa!; [2] Sesungguhnya manusia itu di dalam kerugian; [3] Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar.

Tetapi, antara mereka itu, ada beberapa golongan yang semakin berkurangan kerugiannya dengan sebab amalan dan kepercayaan mereka itu.

Pertamanya, mereka yang beriman, yakin dan percaya kepada Allah, kitab-kitabNya, nabi dan malaikat serta kewujudan akhirat. Sesiapa yang termasuk dalam golongan ini, maka mereka telah terlepas daripada belenggu kerugian yang pertama.

Kedua, mereka yang beramal soleh, membuat kebajikan, membantu meringankan beban, membuang kesusahan orang-orang yang memerlukan bantuan dan sebagainya.

Ketiga, mereka yang saling berwasiat atau berdakwah atas nama kebenaran.

Keempat, mereka yang saling berwasiat atau berdakwah dengan penuh kesabaran.

Tetapi, awal kepada segala puncak kesedaran ini bermula apabila seseorang Muslim itu mula memahami makna yang tersembunyi dan terselit di dalam al-Quran.

Sesudah al-Quran menjadi kunci kepada pintu kesedaran seseorang Muslim itu, Hasan al-Banna berpesan kepada kita supaya kerap membaca buku-buku. Sudah tentu, buku ilmiah ini akan menuntut pergerakan pemikiran kita ke arah laluan kebenaran.

Dengan pengetahuan, seseorang Muslim tidak akan tertipu. Buku-buku ilmiah boleh juga kita dapati daripada ulasan-ulasan buku di majalah, akhbar. Ringkasnya, hubungan orang Islam dengan buku itu wajib ada.

Sekiranya, tiada buku dijumpai, maka al-Banna menyeru kita pergi mencari guru, ustaz yang menyampaikan ilmu, ceramah agama tempat terbitnya segala buah fikiran baru.

Selanjutnya sumber-sumber ilmu lain selepas itu ialah usrah atau perkumpulan kecil yang selalu membanyakkan ucapan-ucapan yang baik didengar. Diskusi perkumpulan kecil ini juga perlulah dihadiri oleh seseorang Muslim yang beriltizam dengan agamanya.

Dan, seterusnya Imam Hasan al-Banna berpesan kepada kita agar mengamalkan zikir dan beriltizam menghabiskan ratib-ratib yang kita mahu amalkan. Paling mudah seseorang itu boleh mengamalkan wirid al-Mathurat, Wazifah as-Sughra jika tiada kesempatan.

Dengan amalan wirid wazifah al-Kubra dan as-Sughra inilah seseorang itu akhirnya akan menggunakan masanya untuk membuat hal-hal kebaikan secara tak langsung.

Lalu, dengan cara membaca al-Quran, memperuntukkan masa untuk membaca buku atau berzikir, maka sepenuh kehidupannya terisi dengan waktu-waktu yang indah serta masa yang berfaedah. Lalu, terelaklah beliau menggunakan waktunya ke arah keburukan.

Kesimpulan
Maka, hendaklah setiap umat Islam itu membaca al-Quran. Tidak cuma membaca. Yang paling penting ialah mereka mesti cuba memerhati pesanan Tuhan di dalamnya.

Jangan dibiarkan hati mereka selalu kering dan akhirnya mati. Basahkan dengan sejumlah wirid, ratib-ratib dan zikrullah yang biasa diamalkannya. Hati yang sentiasa ada pertalian dengan Tuhan akan sentiasa bersimbah ilmu, ilham dan pengetahuan yang baru.

Carilah ilmu walaupun sedikit. Masa yang terluang dengan tujuan yang tidak munasabah hendaklah kita sifarkan sama sekali. Hidup seorang Muslim itu sentiasa penuh dan padat dengan hal-hal yang berguna kepada diri dan masyarakat sekitarnya.

Al-Quran itu adalah induk samudera ilmu. Akar pengetahuan dan ranting hidayah kepada kita semua. Bacalah al-Quran, kelak ia menjadi pendinding kepada segala permasalahan dan ia akan berbicara kepada kita.

Sampai kepada suatu saat, al-Quran akan menjadi suara yang akan berbicara kepada jiwa kita dengan syarat kita memahaminya betul-betul mengikut nahu bahasa Arab.

Lazimkanlah diri membaca, menghafal dan yang paling utama, menghayati, merenungi setiap inci perkataannya dan lihat arahan Tuhan. Lazimi lidah kita dengan berzikir atau hati kita mesti ikut berzikir. Ketenteraman dan kedamaian akan menyelimuti kita.

Saturday, January 23, 2010

How many hours..

Certainly not referring to MLTR title song, but a little bit of tazkirah on the interesting subject..:)

imam Malik Ibn Anas saw the Death Angel in his sleep, and the Imam asked him: " How much left for me to live?". The Angel pointed to his five fingers. Then the Imam asked him: " Does that mean 5 years, or 5 months, or 5 days ?". Before the Imam had a chance to get an answer back, he woke up.

The Imam went to someone who would interpret dreams. That man told him: " Imam Malik, when the Angel pointed to his five fingers he didn't mean 5 years or months or days, but the Angel meant that your question ' how much left for me to live' is among 5 matters that only Allah (SWT) knows about, and he recited the following verse from the Qur,an:
"" Verily, with ALLAH alone is the knowledge of the Hour. And HE sends down the rain, and HE knows what is in the wombs. And no soul knows what it will earn tomorrow, and no soul knows in what land it will die. Surely, ALLAH is All-Knowing, All-Aware. "" 31:34

When Caliph Haroon Al-Rashid got very ill, illness that caused his death, he told his staff to go a head and dig his grave so he can see it before he dies. After the grave was prepared, he asked to be carried to the grave . Upon arrival, the Caliph Haroon looked down into the grave and then looked up toward the sky and said: " O' whom (Allah) his rule never ends, have mercy on whom (Haroon) his rule has ended.

One day the Prophet (pbuh) visited the Cemetery along with some of his followers, and he said to them: " I long for my beloved ones?". His followers said: " Aren't we your beloved ones O' messenger of Allah ". The Prophet (pbuh) said: " you are my companions ". Then they say: " who are your beloved ones?". The Prophet said: " People come after you believed in me without seeing me ". they asked: " How would you know them on Judgment day even though you haven't seen them O' messenger of Allah?". The Prophet said: " My followers are gathered ' Ghurr'an Muhajjalin ' ".

Christianity - Views on Death
For Christians whose lives are guided by the Bible, the reality of death is acknowledged as part of the current human condition, affected by sin (Genesis 2:17; Romans 5; Hebrews 9:27). There is "a time to be born, and a time to die" (Ecclesiastes 3:2). Although eternal life is a gift that is granted to all who accept salvation through Jesus Christ, faithful Christians await the second coming of Jesus for complete realization of their immortality (John 3:36; Romans 6:23; 1 Corinthians 15:51-54). While waiting for Jesus to come again, Christians may be called upon to care for the dying and to face personally their own death.


Islam - Views on Death

when death approaches, the close family and friends try to support and comfort the dying person through supplication as well as remembrance of Allah and His will. The attendance is to help the dying person to iterate his commitment to unity of God.

Upon death, the eye lids are to be closed, the body should be covered, and preparation for burial takes place as soon as possible. The whole body is washed and wrapped in a shroud. Muslims gather and a prayer is performed for the dead. The body is to buried soon after the prayer. The wrapped body is to be laid directly at the bottom of the dug grave. The body is to be laid on its right side facing the direction of Makkah. A ceiling is attached to the grave and then covered with dirt. The grave is to be marked by raising its top level of dirt above surrounding grounds. A stone may be used to mark its location, but no writings are allowed. Buildings or other forms of structures are not allowed on top of the grave.

The family of the dead has a responsibility to fulfill any debts he had as soon as possible. They have the commitment to maintain contacts and courteous relationships with close relatives and close friends.Visiting the graves is recommended for the living to remember death and the day of judgment.


Hinduism
believes in the rebirth and reincarnation of souls. Death is therefore not a great calamity, not an end of all, but a natural process in the existence of soul as a separate entity, by which it reassembles its resources, adjusts its course and returns again to the earth to continue its journey. In Hinduism death is a temporary cessation of physical activity, a necessary means of recycling the resources and energy and an opportunity for the soul to review its programs and policies. When a person dies, his soul along with some residual consciousness leaves the body through an opening in the head and goes to another world and returns again after spending some time there. What happens after the soul leaves the body and before it reincarnates again is a great mystery .

What happens to a soul after the death of a mortal being on earth depends upon many factors, some of which are, his previous deeds, his state of mind at the time of death,the time his death, the activities of his children, that is whether they performed the funeral rites in the prescribed manner and satisfied the scriptural injunctions.

Hinduism believes in the existence of not one hell and one heaven but in the existence of many sun filled worlds and many dark and demonic worlds. Vaikunth is the world of Vishnu, Kailash is the world of Siva and Brahmalok is the world of Brahman. Indralok is the standard heaven to which those who please the gods through their activities upon the earth go. The standard hell is Yamalok, which is also ruled by a god called Lord Yama, who is also the ruler of the southern quarter.In the ultimate sense, the purpose of these worlds is neither to punish or reward the souls, but to remind them of the true purpose of their existence.

After death, Hindus are not buried, but cremated. The idea is that the human personality is made up of five elements of which four belong to the body and come from this world, namely fire, earth, water and air while the fifth the ether (fine matter) belongs to the domain of the subtle body and comes from the higher worlds. By cremating the body, the elements are rightfully returned to their respective spheres, while the subtle body along with soul returns to the worlds beyond for the continuation of its afterlife.


Buddha
From its inception, Buddhism has stressed the importance of death, since awareness of death is what prompted the Buddha to perceive the ultimate futility of worldly concerns and pleasures. Realizing that death is inevitable for a person who is caught up in worldly pleasures and attitudes, he resolved to renounce the world and devote himself to finding a solution to this most basic of existential dilemmas.

A Buddhist looks at death as a breaking apart of the material of which we are composed. However Buddhism does not look at death as a continuation of the soul but as an awakening. Dying and being reborn has been compared by some Buddhist as a candle flame. When the flame of one lit candle is touched to the wick of an unlighted candle, the light passes from one candle to another. The actual flame of the first candle does not pass over but is responsible for lighting the second candle. Death is merely a passage to rebirth in another realm such as the human world, a pure land or the flowering of the ultimate nature of the mind.

Wednesday, January 20, 2010

Proses flow...

Akhir zaman..taktala tiba masanya.. semuanya tidak berguna lagi..melainkan ibadah yg kita lakukan selama ini menjadi bekalan dan penyelamat..ikuti bingkisan ini..

1. Selepas Malaikat Israfil meniup sangkakala (bentuknya seperti tanduk besar) yang memekakkan telinga, seluruh makhluk mati kecuali Izrail & beberapa malaikat yg lain.. Selepas itu, Izrail pun mencabut nyawa malaikat yg tinggal dan akhirnya nyawanya sendiri.

2. Selepas semua makhluk mati, Tuhan pun berfirman mafhumnya Kepunyaan siapakah kerajaan hari ini Tiada siapa yang menjawab. Lalu Dia sendiri menjawab dengan keagunganNya Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?. Ini menunjukkan kebesaran & keagunganNya sebagai Tuhan yg Maha Kuasa lagi Maha Kekal Hidup, tidak
mati.

3. Selepas 40 tahun, Malaikat Israfil a.s. dihidupkan, seterusnya meniup sangkakala untuk kali ke-2, lantas seluruh makhluk hidup semula di atas bumi putih, berupa padang Mahsyar (umpama padang Arafah) yang rata tidak berbukit atau bulat seperti bumi.

4. Sekelian manusia hidup melalui benih anak Adam yg disebut "Ajbuz Zanbi" yang berada di hujung tulang belakang mereka. Hiduplah manusia umpama anak pokok yg kembang membesar dari biji benih.

5. Semua manusia dan jin dibangkitkan dalam keadaan telanjang dan hina. Mereka tidak rasa malu kerana pada ketika itu hati mereka sangat takut dan bimbang tentang nasib & masa depan yang akan mereka hadapi kelak.

6. Lalu datanglah api yang berterbangan dengan bunyi seperti guruh yang menghalau manusia, jin dan binatang ke tempat perhimpunan besar. Bergeraklah mereka menggunakan tunggangan (bagi yang banyak amal), berjalan kaki (bagi yang kurang amalan) dan berjalan dengan muka (bagi yang banyak dosa). Ketika itu, ibu akan lupakan anak, suami akan lupakan isteri, setiap manusia sibuk memikirkan nasib mereka.

7. Setelah semua makhluk dikumpulkan, matahari dan bulan dihapuskan cahayanya, lalu mereka tinggal dalam kegelapan tanpa cahaya. Berlakulah huru-hara yang amat dahsyat.

8. Tiba-tiba langit yang tebal pecah dengan bunyi yang dahsyat, lalu turunlah malaikat sambil bertasbih kepada Allah Ta?ala. Seluruh makhluk terkejut melihat saiz malaikat yang besar dan suaranya yang menakutkan.

9. Kemudian matahari muncul semula dengan kepanasan yang berganda. Hingga dirasakan seakan-akan matahari berada sejengkal dari atas kepala mereka. Ulama berkata jika matahari naik di bumi seperti keadaannya naik dihari Kiamat nescaya seluruh bumi terbakar, bukit-
bukau hancur dan sungai menjadi kering. Lalu mereka rasai kepanasan dan bermandikan peluh sehingga peluh mereka menjadi lautan. Timbul atau tenggelam mereka bergantung pada amalan masing-masing. Keadaan mereka berlanjutan sehingga 1000 tahun.

10. Terdapat satu kolam ,kepunyaan Nabi Muhammad s.a.w. bernama Al-Kausar yang mengandungi air yang hanya dapat diminum oleh orang mukmin sahaja. Orang bukan mukmin akan dihalau oleh malaikat yang menjaganya. Jika diminum airnya tidak akan haus selama-lamanya. Kolam ini berbentuk segi empat tepat sebesar satu bulan perjalanan. Bau air
kolam ini lebih harum dari kasturi, warnanya lebih putih dari susu dan rasanya lebih sejuk dari embun. Ia mempunyai saluran yang mengalir dari syurga.

11. Semua makhluk berada bawah cahaya matahari yang terik kecuali 7 golongan yang mendapat teduhan dari Arasy. Mereka ialah:
  • Pemimpin yang adil.

  • Orang muda yang taat kepada perintah Allah.

  • Lelaki yang terikat hatinya dgn masjid.

  • Dua orang yang bertemu kerana Allah dan berpisah kerana Allah.

  • Lelaki yang diajak oleh wanita berzina, tetapi dia menolak dengan berkata "Aku takut pada Allah".

  • Lelaki yg bersedekah dengan bersembunyi (tidak diketahui orang ramai).

  • Lelaki yang suka bersendirian mengingati Allah lalu mengalir air matanya kerana takutkan Allah.

12.. Oleh kerana tersangat lama menunggu di padang mahsyar, semua manusia tidak tahu berbuat apa melainkan mereka yang beriman, kemudian mereka terdengar suara "pergilah berjumpa dengan para Nabi". Maka mereka pun pergi mencari para Nabi. Pertama sekali kumpulan manusia ini berjumpa dengan Nabi Adam tetapi usaha mereka gagal kerana Nabi
Adam a.s menyatakan beliau juga ada melakukan kesalahan dengan AllahTa?ala. Maka kumpulan besar itu kemudiannya berjumpa Nabi Nuh a.s.,Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. (semuanya memberikansebab seperti Nabi Adam a.s.) dan akhirnya mereka berjumpa Rasullullahsaw. Jarak masa antara satu nabi dengan yang lain adalah 1000 tahun
perjalanan.

13. Lalu berdoalah baginda Nabi Muhammad s.a.w. ke hadrat AllahTaala. Lalu diperkenankan doa baginda.

14. Selepas itu, terdengar bunyi pukulan gendang yang kuat hingga menakutkan hati semua makhluk kerana mereka sangka azab akan turun.Lalu terbelah langit, turunlah arasy Tuhan yang dipikul oleh 8 malaikat yang sangat besar (besarnya sejarak perjalanan 20ribu tahun)
sambil bertasbih dengan suara yang amat kuat sehingga Arasy itu tiba dibumi.

15. Arasy ialah jisim nurani yang amat besar berbentuk kubah (bumbung bulat) yang mempunyai 4 batang tiang yang sentiasa dipikul oleh 4 malaikat yang besar dan gagah. Dalam bahasa mudah ia seumpama istana yang mempunyai seribu bilik yang menempatkan jutaan
malaikat di dalamnya. Ia dilingkungi embun yang menghijab cahayanya yang sangat kuat.

16. Kursi iaitu jisim nurani yang terletak di hadapan Arasy yang dipikul oleh 4 malaikat yang sangat besar. Saiz kursi lebih kecil dari ?Arasy umpama cincin ditengah padang . Dalam bahasa mudah ia umpama singgahsana yang terletak dihadapan istana.

17. Seluruh makhluk pun menundukkan kepala kerana takut. Lalu dimulakan timbangan amal. Ketika itu berterbanganlah kitab amalan masing-masing turun dari bawah Arasy menuju ke leher pemiliknya tanpa silap dan tergantunglah ia sehingga mereka dipanggil untuk dihisab.
Kitab amalan ini telah ditulis oleh malaikat Hafazhah / Raqib & Atid / Kiraman Katibin.

18.. Manusia beratur dalam saf mengikut Nabi dan pemimpin masing-masing. Orang kafir & munafik beratur bersama pemimpin mereka yang zalim. Setiap pengikut ada tanda mereka tersendiri untuk dibezakan.

19.. Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Nabi Muhammad s.a.w., dan amalan yang pertama kali dihisab adalah solat. Sedangkan hukum yang pertama kali diputuskan adalah perkara pertumpahan darah.

20. Apabila tiba giliran seseorang hendak dihisab amalannya, malaikat akan mencabut kitab mereka lalu diserahkan, lalu pemiliknya mengambil dengan tangan kanan bagi orang mukmin dan dengan tangan kiri jika orang bukan mukmin.

21. Semua makhluk akan dihisab amalan mereka menggunakan satu Neraca Timbangan. Saiznya amat besar, mempunyai satu tiang yang mempunyai lidah dan 2 daun. Daun yang bercahaya untuk menimbang pahala dan yang gelap untuk menimbang dosa.

22. Acara ini disaksikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan para imam 4 mazhab untuk menyaksikan pengikut masing-masing dihisab.

23. Perkara pertama yang diminta ialah Islam. Jika dia bukan Islam, maka seluruh amalan baiknya tidak ditimbang bahkan amalan buruk tetap akan ditimbang.

24. Ketika dihisab, mulut manusia akan dipateri, tangan akan berkata-kata, kaki akan menjadi saksi. Tiada dolak-dalih dan hujah tipuan. Semua akan di adili oleh Allah Taala dengan Maha Bijaksana.

25. Setelah amalan ditimbang, mahkamah Mahsyar dibuka kepada orang ramai untuk menuntut hak masing-masing dari makhluk yang sedang dibicara sehinggalah seluruh makhluk berpuas hati dan dibenarkannya menyeberangi titian sirat.

26. Syafaat Nabi Muhammad s.a...w. di akhirat :

  1. Meringankan penderitaan makhluk di Padang Mahsyar dengan mempercepatkan hisab.

  1. Memasukkan manusia ke dalam syurga tanpa hisab.

  1. Mengeluarkan manusia yang mempunyai iman sebesar zarah dari neraka.

Semua syafaat ini tertakluk kepada keizinan Allah Taala.

27. Para nabi dan rasul serta golongan khawas juga diberikan izin oleh Tuhan untuk memberi syafaat kepada para pengikut mereka. Mereka ini berjumlah 70 000. Setiap seorang dari mereka akan mensyafaatkan 70 000 orang yang lain.

28. Setelah berjaya dihisab, manusia akan mula berjalan menuju syurga melintasi jambatan sirat. Siratul Mustaqim ialah jambatan (titian) yang terbentang dibawahnya neraka. Lebar jambatan ini adalah seperti sehelai rambut yang dibelah tujuh dan ia lebih tajam dari mata pedang.
Bagi orang mukmin ia akan dilebarkan dan dimudahkan menyeberanginya.

29. Fudhail bin Iyadh berkata perjalanan di Sirat memakan masa 15000 tahun. 5000 tahun menaik, 5000 tahun mendatar dan 5000 tahun menurun. Ada makhluk yang melintasinya seperti kilat, seperti angin, menunggang binatang korban dan berjalan kaki. Ada yang tidak dapat melepasinya disebabkan api neraka sentiasa menarik kaki mereka, lalu mereka jatuh
ke dalamnya.

30. Para malaikat berdiri di kanan dan kiri sirat mengawasi setiap makhluk yang lalu. Setiap 1000 orang yang meniti sirat, hanya seorang sahaja yang Berjaya melepasinya. 999 orang akan terjatuh ke dalam neraka.

petikan dari Syeikh Zainal Abidin Muhammad Al-Fathani

11 JENIS MANUSIA DIDOA MALAIKAT


PERCAYA kepada malaikat adalah antara rukun iman. Ada malaikat yang ditugaskan berdoa kepada makhluk manusia dan sudah tentu seseorang yang didoakan malaikat mendapat keistimewaan.

Dalam hidup, kita sangat memerlukan bantuan rohani dalam menghadapi ujian yang kian mencabar. Bantuan dan sokongan malaikat sangat diperlukan.

Antara orang yang mendapat doa malaikat ialah:

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: "Sesiapa yang tidur dalam keadaan suci, malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: "Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si fulan kerana tidur dalam keadaan suci."

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu solat.

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya: "Tidaklah salah seorang antara kalian yang duduk menunggu solat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali kalangan malaikat akan mendoakannya: 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.'"

3. Orang yang berada di saf depan solat berjemaah.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: "Sesungguhnya Allah dan kalangan malaikat-Nya berselawat ke atas (orang) yang berada pada saf depan."

4. Orang yang menyambung saf pada solat berjemaah (tidak membiarkan kekosongan di dalam saf).

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: "Sesungguhnya Allah dan kalangan malaikat selalu berselawat kepada orang yang menyambung saf."

5. Kalangan malaikat mengucapkan 'amin' ketika seorang imam selesai membaca al-Fatihah.

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya: "Jika seorang imam membaca...(ayat terakhir al-Fatihah sehingga selesai), ucapkanlah oleh kamu 'aamiin' kerana sesiapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, dia akan diampuni dosanya yang lalu."

6. Orang yang duduk di tempat solatnya selepas melakukan solat.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: "Kalangan malaikat akan selalu berselawat kepada satu antara kalian selama ia ada di dalam tempat solat, di mana ia melakukan solat."

7. Orang yang melakukan solat Subuh dan Asar secara berjemaah.

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya: "Kalangan malaikat berkumpul pada saat solat Subuh lalu malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Subuh) naik (ke langit) dan malaikat pada siang hari tetap tinggal.

"Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu solat Asar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga solat Asar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal lalu Allah bertanya kepada mereka: "Bagaimana kalian meninggalkan hamba-Ku?"

Mereka menjawab: 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan solat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan solat, ampunilah mereka pada hari kiamat.'"

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa pengetahuan orang yang didoakan.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: "Doa seorang Muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa pengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, malaikat itu berkata 'aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.'"

9. Orang yang membelanjakan harta (infak).

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: "Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya, satu antara kedua-duanya berkata: 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak...'"

10. Orang yang sedang makan sahur.

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya: "Sesungguhnya Allah dan kalangan malaikat-Nya berselawat kepada orang yang sedang makan sahur."

11. Orang yang sedang menjenguk (melawat) orang sakit.

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70,000 malaikat untuknya yang akan berselawat kepadanya di waktu siang hingga petang dan di waktu malam hingga Subuh."

Itulah antara mereka yang mendapat doa malaikat. Semoga kita termasuk dan tersenarai sama.

Saturday, January 16, 2010

The Resurrection


I just read this article on the afterlife I very much liked it.. Read it..

Belief in al-akhirah (life after death) is so crucial to the Islamic faith that any doubts about it amount to the denial of Allah (God). Allah's own word in the Quran is the foundation of this faith. Besides, the Prophet Muhammad (peace and blessings be upon him) explained the centrality of this belief for a person who wishes to lead an Islamic life.

We know that we have no means of knowing life after death as a perceptual experience. But Allah has given us certain levels of consciousness that provide us with insight into realities not perceptible through the senses. The Quran speaks to our rational mind when it answers the disbelievers who ask, "Who will give life to the dead bones?" The answer is, of course, the One Who created them.

Allah in the Holy Quran appeals to man's reasoning and addresses his power of reflection and judgment by asking him to reflect on how rain revives the dead earth. This is something that is obvious to us; if so, how can we then deny the truth of the resurrection, when Almighty Allah can just as easily revive the dead bones as He revives the earth?

The Quran repeatedly tells us that those who believe and do righteous deeds will be greatly rewarded in the afterlife, while those who disbelieve and do bad deeds will be severely punished.

Belief in life after death gives meaning to our life, for it tells us that this life is only a test and preparation for an eternal life. Furthermore, we know that in the afterlife we will receive justice for all the wrongs we suffer here. It may seem that the sinful and corrupt are often happier or wealthier than the righteous, but that is only for a short time. In the afterlife they will get their due.

Belief in life after death encourages a person to lead a good life on earth, since he knows the fate that awaits him if he ignores the commands and warnings of Allah given in the Quran. In fact, belief in the afterlife is the strongest incentive for a person to lead a life of virtue here. The real road to a peaceful society can be paved only if people believe in an afterlife.

artikel dipetik dari kitab As-Siyâsah asy-Syar'iyyah...

Islam and Companions


Humans are social creatures by nature; they're always in need of friends and companions. Most of our lives depend on interaction with others. Strong individuals are the core of a strong community, something that Muslims should always strive for.

We all know that Allah (SWT) the Most High has brought us to life in order to test us. Thus we are here for a relatively short period of time and that we shall meet Allah (SWT) one Day, so we need to use our present life for what is best for us in the hereafter. Once we know our purpose and our goal in life, we should seek ways to achieve them so as to benefit our own selves.

In an authentic Hadith, Prophet Mohammad (pbuh) said: "Man is influenced by the faith of his friends. Therefore, be careful of whom you associate with."

How should we choose our friends? We should choose the friend that believes and abide by our religion (Islam) and gives great respect to what Allah (SWT) and Prophet Mohammad (pbuh) has ordered us. And we should stay away from that who is not well mannered and gives no attention to what Islam is about or what pleases or displeases Allah (SWT), for he will surely affect us negatively. There is no good in the companion drowns us in sins and displeasing Allah (SWT).

When choosing our friends we should ask ourselves first: Are they going to help us achieve the purpose for which we were brought to life? Or will they take us away from it? Will they desire for us Allah (SWT)'s pleasure or is that completely irrelevant to them and not their concern at all? Are they leading us to Paradise or to the Hell? Fikirkan lah~

Tuesday, January 12, 2010

Islam..for you and me??

I came to you in the Name of that Benevolent, Most Merciful God Whom you and we worship and serve, and Whose Name in the Arabic, Aramaic, Hebrew and other semitic languages is ALLAH; so in Arabic saya melafazkan Bismillahirrahmanirrahim which means "In the Name of God, the Benevolent, the Most Merciful.

Islam is the path of complete clarity: not an end but rather the entire path lies clear and undisguised. The five fundamentals of faith are clarified in Islam, to easily comprehensible duties by which to seek God's Guidance, and when these are faithfully pursued, the pathway of clarity is open and leads directly to God. Islam taught us on good deeds and keep us away from the bad things, such as satan's influence of doing things that prohibited by Allah (demi memenuhi penghuni neraka)
Hm..
Do we really enjoy this world?
How could some one enjoy the worldly pleasures without sharing his joy and pleasures?
Isn't it an illusion of Satan to make us believe that we are enjoying this world yet watching numerous people suffering around us?.

[Iblis (Satan)] said: “O my Lord! Because you misled me, I shall indeed adorn the path of error for them (mankind) on the earth, and I shall mislead them all.
Surah Al-Hijr, 15:39

O you who believe! Enter perfectly in Islam (by obeying all the rules and regulations of the Islamic religion) and follow not the footsteps of Satan. Verily! He is to you an open enemy.
Al-Baqara, 2:208

Satan makes us believe that if we follow Allah’s command we will be ruined and we may loose our wealth and comfort.
How many times we had good intentions of spending money in the path of Allah helping poor and needy, yet we did not accomplish what we intended merely because deep down in your hearts and minds the evil thought came which made us think twice before acting towards a good deed.Satan reminded us about our needs and scared us about becoming poor or reminded us about our losses, or advised us to be economical and reasonable in spending.

Satan threatens you with poverty and orders you to commit sins (evil deeds, illegal sexual intercourse); whereas Allah promises you Forgiveness from Himself and Bounty, and Allah is All-Sufficient for His creatures’ needs, All-Knower.
Al-Baqara, 2:268

Sejauh manakah anda or equiped against musuh ketat anda ini?
Can you protect yourself against devil satan and his evil plans without help from Allah?
How would you get help from Allah when 99%of times you are preoccupied with satan’s commands?And the remaining time you intend to obey Allah, and devil comes in your way?
How will you protect yourselves without realising when are you being attacked by your enemy?

Jawapan, hanya 1 method, follow the command of Allah to the word and and the guidance of Messenger of Allah Prophet Mohammed (Pbuh), which means learning Quran and understanding and acting upon it in exactly the same manner it was understood by the salaf, the pious predecessors which are the first three generation of muslim ummah.

Sekian, praise belongs to ALLAH, may He preserve us from error!

Traffic jam di padang mashyar..

Assalamualaikum, bertemu kita sekali lagi dalam ruangan tazkirah pada minggu ini. Moga-moga tuan –tuan dan puan-puan sentiasa di bawah jagaan Allah S.W.T. Kali ini saya akan mempertengahkan isu akhir zaman, iaitu keadaan di Padang Mahsyar.

semua manusia ada melakukan“amalan”, tidak sepatutnya diandaikan maksudnya amalan soleh sahaja. Tetapi sebenar meliputi segala aktiviti kita semasa di dunia ini. Perbuatan kita itu bukan sahaja secara sengaja tetapi juga meliputi perbuatan yang tidak disengajakan baik di waktu kita sedar dan sebaliknya, baik di waktu ingat dan dan waktu kita terlupa, semuanya dicatatkan oleh Malaikat Raqib dan Atid sebagai “bukti’ bila berhadapan dengan Allah pada Hari Perhitungan dan Pembalasan akhirat kelak.

Semua amalan perbuatan manusia di dunia ini akan diberikan rupa di Mahsyar. Amalan baik akan mengiringi pelakunya dan memberikannya ketenangan dan ketenteraman, sedangkan amalan mungkar akan membuatkan pelakunya gelisah dan terus menerus mengecamnya bahkan adakalanya memaksa pelakunya supaya memikul amal buruk itu di atas belakangnya.
Setiap orang yang berdosa, akan melihat segala amalan mungkar yang pernah dilakukan semasa hidup, jika ia tidak bertaubat kepada Allah dari segala kesalahan itu sebelum meninggal dunia. Bertaubatlah bersungguh-sungguh sementara kita masih diberi peluang untuk hidup di saat ini…

secara keseluruhanya, mmg there is mix and types of people will rise from their sleep (death) and dalam pelbagai keadaan semasa perjalanan di Padang Mashyar..

Moga mendapat manfaat dari tazkirah diatas..


Tiupan Trompet..

Malaikat Israfil, pada..tiba masanya akan meniup sangkakala, dan matilah semua hidupan didunia kecuali yang Allah mahukan ia kekal, tiupan kedua bangkitlah manusia, menuju ke padang masyhar..

"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menuggu (keputusan masing-masing)."

Ayat ini menyatakan dua tiupan, pertama untuk kematian dan kedua untuk kebangkitan semula.

firman Allah Ta'ala (al-naml 27:87)

"Dan ingatlah hari ketika ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadapNya dengan merendahkan diri.

Pendapat pertama berkenaan ayat ini ialah mereka yang mengatakan bahwa ketakutan ini ialah kematian (iaitu tiupan pertama) yang terdapat dalam ayat sebelumnya (al-Zumar 39:68). Pendapat ini dikuatkan oleh yang berikut:

"Kemudian ditiup sangkakala yang mana tidak seorangpun mendengarnya kecuali akan ketakutan. Orang pertama mendengarnya ialah seorang lelaki yang sedang membaiki telaga untanya, lalu dia dimatikan dan disusuli pula dengan sekalian manusia. Kemudian Allah akan menghantar atau menurunkan hujan yang dengannya akan bercambah kembali badan-badan manusia dan mereka akan bangun seraya melihat."(HR Muslim)

Pendapat kedua berkenaan ayat ini ialah bahawa ketakutan ini adalah satu keadaan berasingan yang berlaku sebelum dua keadaan yang terdapat dalam ayat sebelumnya (al-Zumar 39:69). Pendapat ini dikuatkan dengan sebuah hadith panjang berkenaan sangkakala. Di dalam hadith tersebut dinyatakan tiga tiupan sangkakala iaitu tiupan ketakutan, tiupan kematian dan tiupan kebangkitan berdepan dengan Tuhan semesta alam.*

* Hadith ini (hadith al-Shur) dinyatakan oleh al-imam Ibnu Kathir di dalam tafsir surah al-An'aam ayat 73. Beliau mengatakan "Hadith ini amat ghariib (ganjil). Ismail bin Raafi', tukang cerita penduduk Madinah telah berseorangan dalam meriwayatkannya. Para ulama' telah berselisih pendapat dalam peribadinya, ada yang menguatkannya dan ada yang melemahkannya. Tidak sedikit ulama' yang menghukum hadith ini sebagai hadith munkar (lemah menyalahi yang kuat).

Saturday, January 9, 2010

Sewaktu Roh...



Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang". (H.R. Ibnu Abu Dunya). Kematian itu sangat menyakitkan, apalagi bagi orang yang tidak beriman. Orang seperti Nabi saja merasakan sakit saat nyawanya dicabut oleh Malaikat Izrail. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini!” ujar Nabi penuh lirih kepada Jibril yang ada di sampingnya. Melihat nyawa ayahnya dicabut, mata Fatimah terpejam. Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku" (peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu). Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" ("Umatku, umatku, umatku"). Dan pergilah Rasullullah ke haribaan Allah SWT. Demikian rasa sakit saat nyawa kita dicabut. Jika Nabi saja merasakan sakit saat nyawanya dicabut, apalagi kita sebagai manusia biasa. Terlebih lagi orang kafir, sungguh sangat dahsyat sekali rasa sakitnya.

Pertanyaannya, dari arah mana Malaikat Izrail mencabut nyawa kita? Dalam al-Qur’an disebutkan, “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan.” (Al-Waqi’ah: 83). Ini menunjukkan bahwa nyawa seseorang dicabut dari arah bawah dulu yakni kuku kaki lalu merembet ke badan hingga kerongkongan. Setelah itu lewat kepala dan terlepaslah nyawa kita dari raga. Disebutkan dalam suatu riwayat, ketika ajal seorang mukmin telah dekat, ada empat malaikat yang turun menghampirinya. Satu malaikat mencabut nyawa dari telapak kaki kanannya, satu malaikat mencabut nyawa dari telapak kaki kirinya, satu malaikat mencabut nyawa dari tangan kanannya dan satu malaikat lagi mencabut nyawa dari tangan kirinya. Kemudian nyawanya pun lepas begitu saja ketika mereka mencabutnya dari ujung kepala dan ujung jari-jari. Malaikat mencabut nyawa seseorang itu tergantung amal perbuatannya. Jika orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Allah, maka malaikat Izrail mencabut nywanya secara kasar. Sebaliknya, jika terhadap yang saleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan hati-hati. Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dan Abu Na’aim dari al-A’masy dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya nyawa orang yang mukmin itu keluar dengan melompat dan nyawa orang yang kafir itu dicabut dengan keras seperti mencabut nyawa keledai.”
Di dalam kisah Nabi Idris a.s disebutkan bahwa beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan shalat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Allah Swt agar diperkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Allah Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu ke rumah Nabi Idris. "Assalamu 'alaikum, yaa Nabi Allah". Salam Malaikat Izrail. "Wa 'alaikum salam wa rahmatullah". Jawab Nabi Idris a.s. Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun ditolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap" Allah sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan. "Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita", pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s). "Subhanallah (Maha Suci Allah)," kata Nabi Idris a.s. "Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut. "Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian beliau berkata: "Semalam Anda menolak makanan yang halal, kini Anda menginginkan makanan yang haram". Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. "Siapakah Engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s. "Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya. Seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. "Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius. "Tidak." Senyum Malaikat Izrail penuh hormat. "Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. "Aku punya keinginan kepadamu", tutur Nabi Idris a.s. "Apa itu? katakanlah!". Jawab Malaikat Izrail. "Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s. "Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail. Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Allah Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali. "Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" tanya Malaikat Izrail. "Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s. "Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail. Jika, rasa sakit yang diderita oleh Nabi Idris saat nyawanya dicabut masih dianggap lembut, apalagi kepada kita. Subhanallah!

Friday, January 8, 2010

A new dawn


Greetings to a new blog, which act as a knowledge provider, to all religious and not solely to Islam. Titled as Islah Wal Tajdid in addition to the notion of “ihya” (revival) according to al-Ghazali’s work, the vocabulary of Islamic sciences contains two concepts directly referring to the idea of “reform” and “renewal”. The term “tajdid” is highly frequent in contemporary Islamic literature (and has been so most particularly for the past 150 years): it literally means “renewal”( pembaharuan, atau Reformasi), or even “rebirth” and“ regeneration”. The verb root of this noun can be found in a famous hadith of the Prophet: “God will send this [Muslim] community, every hundred years, [someone/some people] who will renew their religion.

On the other hand, meaning of tajdid, is indeed to “re-form” constantly, to reform in the name of faithfulness. In short, there can be no faithfulness to Islamic principles through the ages without evolution, without reform, without a renewal of intelligence and understanding. It reminds me of Dr.Asri (ex mufti perlis) of bringing change in terms of mind and understanding of people perception in Islam.

Recently, kita dikejutkan dengan pengunaan kalimah Allah oleh non-muslim..followed by a series of church bombing..I would not touch on the Allah issue, as this can be understood by all people, they have their own understanding, different mind, their freedom to judge and decide which is true, or false or even condemn the used of word 'Allah'. The Lord also provided us with Quran (book of divine guidance and direction for mankind, and consider the original Arabic text to be the final revelation of God), and Prophet (Pbuh) guide us with his Sunnah&Al-hadith (words and deeds of the Islamic prophet Muhammad), to this issue, you be the judge..even we like it or not, don't try to mix it with our self-interest to achieve our own agenda or objective.

Question is, does the image of Islam (in Msia) will be damaged as what has happened during post of 9/11 ( in the US)?